RI-64
Custom Search

SAVE OUR CULTURE

Wednesday, May 6, 2009

Kita tentu masih ingat beberapa waktu lalu beberapa lagu dan kesenian asli dari daerah kita yang diadopsi / diakui / diambil oleh Negara tetangga kita Malaysia. Ini sebenarnya menunjukkan lemahnya pengawasan dan perlindungan serta kepedulian kita pada kesenian dan budaya Negara kita sendiri. Mungkin tidak akan terjadi seandainya jauh hari sebelumnya kita sudah mengantisipasi dan menjaganya.

Sebenarnya bukan cuma Negara Malaysia saja yang mengadopsi lagu-lagu dan kesenian dari Negara kita. Kita juga pasti masih ingat beberapa tahun lalu lagu dari grup band Peterpan – Tak bisakah yang diadopsi dan dinyanyikan kedalam bahasa India meskipun dengan beat yang berbeda.
Aku juga teringat pada sekitar akhir tahun 2004 (sebelum bencana Tsunami melanda Aceh), aku ditugaskan ke salah satu anak perusahaan kami di Yangoon – Myanmar. Selama 2 bulan disana, aku banyak mendengar lagu-lagu daerah dan lagu-lagu Indonesia diputar, baik dirumah-rumah makan, di bis-bis dsb yang telah berubah menjadi lagu berbahasa Myanmar, diantaranya Burung Kakak tua, Burung Tantina, Angin mamiri, beberapa lagunya Koes Plus, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sebenarnya tidak heran dijaman global ini telah terjadi kerjasama dan banyak pertukaran seni dan budaya, apalagi saat ini bukanlah hal yang susah untuk meng-copy CD atau kaset. Ditambah lagi bukanlah hal yang aneh juga bagi seseorang untuk pergi ke Negara lain hanya untuk sekedar berkunjung yang pada akhirnya pasti akan menyukai seni atau budaya setempat. Aku juga pernah mengirim beberapa keeping CD lagu-lagu dari grup band Samsons & Koes Plus kepada teman yang berada di Yangoon karena dia sangat terkesan ketika berkunjung ke Jakarta dan menyukai lagu-lagu mereka.

Masalahnya sekarang, seberapa pedulikah pemerintah dan pelaku kesenian dan budaya kita pada hak paten. Karena sampai sekarangpun masih banyak kesenian dan budaya kita yang pastinya belum di patenkan. Ini sangat riskan untuk diakui oleh orang lain sebagai hasil dari budaya mereka. Dan ujung-ujungnya kebakaran jenggot lagi para pelaku seni dan budaya kita.

Belum lagi dengan maraknya penyelundupan barang-barang purbakala yang bernilai sejarah tinggi keluar negeri. Ini juga akan mengikis habis nilai-nilai sejarah bangsa kita ini. Tentunya kesadaran dari masyarakat juga mutlak diperlukan. Tanpa kerjasama dan partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia, pemerintah juga pasti mustahil untuk bisa berhasil melindungi kekayaan budaya kita.

Oleh karenanya pada pertengahan tahun 2005 Dewan Kesenian mendesak Presiden SBY untuk membentuk Departemen Seni & Budaya. Banyak yang bilang kesenian dan kebudayaan merupakan anak tiri dari pemerintah. Oleh karena itu, hasil kongres dewan kesenian se-Indonesia mendesak agar pemerintah segera membentuk Departemen Kesenian dan Kebudayaan. Menteri baru dong!

"Tujuannya agar kehidupan berkesenian dan berkebudayaan di Indonesia dapat benar-benar ditingkatkan," Kata ketua panitia kongres Dewan Kesenian Indonesia Ratna Sarumpaet melalui telekonferensi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, pada waktu itu. Dan tentu saja dimaksudkan juga untuk melindungi kekayaan kesenian dan kebudayaan hasil karya dari anak bangsa ini.
Jelas sekali, kekayaan akan kesenian dan budaya kita yang ribuan dan bahkan jutaan jumlahnya dari seluruh daerah di negeri tercinta ini sangat tidak ternilai harganya. Baik berupa tarian, lagu-lagu daerah, lukisan, benda-benda bersejarah dan sebagainya.

Perlu tindakan nyata dari Pemerintah, pelaku seni dan budaya, dan tentu saja dukungan dan kesadaran dari seluruh rakyat Indonesia untuk tetap melestarikan kekayaan kesenian dan kebudayaan kita, jangan sampai jatuh ketangan orang lain.

Save our Culture !!

Posted by Yudie at 11:16 AM  

12 comments:

pertamax kang.
.................................
cinta produk luar, makanya kita trus dicintai ma orang luar
..................................
ga nyambung.....
Xi.xi.xi

kang dwi said...
May 6, 2009 at 3:13 PM  

Bener tuh..., kalau kita tidak segera bertindak maka kebudayaan kita akan "hilang" karena diadaptasi atau diadopsi negara-2 lain.
Masalahnya.., sebagian besar dari kita tidak menyadari betapa berharganya kebudayaan kita sampai tiba saatnya budaya tersebut telah lebih dulu diakui sbg kebudayaan negara lain.
Padahal sekarang makin banyak warga negara lain yg sangat menguasai kebudayaan kita. Bukan hanya dari musik, gamelan, tarian, wayang, bahkan batik dan ukiran kita pun sudah mulai menjadi budaya milik orang asing. Hikss...
Apakah kita tidak merasa "terancam" ya??

Wah..., komennya kepanjangan nih mas. Sorry hehehehe...

reni said...
May 6, 2009 at 7:45 PM  

Knp ya rakyat kita kok lbh suka budaya yg ke barat-an, pdhal budaya kita jauh lbh indah loh...

Fanda said...
May 6, 2009 at 8:41 PM  

Setuju mas. Apakah harus menunggu semua budaya kita diambil orang luar dulu baru kita sadar betapa indah dan berharganya budaya kita? Selain menunggu pemerintah 'mengurus' hal tsb mungkin yg bisa kita lakukan saat ini ya mencintai budaya bangsa kita..

Ajeng said...
May 7, 2009 at 8:50 AM  

s7, mari kita selamatkan budaya kita....

buwel said...
May 7, 2009 at 10:04 AM  

saya juga pernah buat postingan tentang kekayaan seni dan budaya. saya sangat setuju bahwa budaya itu harus kita jaga sebab itu warisan leluhur kita. jaga budaya bersama2

Bunga said...
May 8, 2009 at 12:52 PM  

Ya sy setuju, save our culture. Kemajuan IT, waktu di zaman yg terus berpacu, smg tdk memudarkan budaya kt. Salam kenal ya.

ellysuryani said...
May 8, 2009 at 1:11 PM  

sama dengan postinganku ini dunk,,

bener,,setuju dengan artikel ini bos..

Arry said...
May 8, 2009 at 6:31 PM  

sambil menunnggu yang baru ada baiknya kita baca save our culture...ok...hehehehhe

buwel said...
May 11, 2009 at 8:30 PM  

gmna lagi negara kita kan kaya akan budaya nya dan kekayaan alamnya,,,

alfi said...
May 12, 2009 at 2:18 PM  

Sungguh tragis nasib budaya kita, lama kelamaan akan punah.
Saat hal itu terjadi maka tinggal tangis dan histeris yang ada.
Mari kita lihat kebelakang....
Saat sebelum Malaysia mengakui bahwa reog ponorogo dari Negara Jiran, seakan elemen masyarakat tidak mempedulikan keberadaan budaya itu...tetapi setelah ada diakui baru kita kebakaran jenggot...
Mengapa kita selalu terlambat dalam bertindak, mengapa kita tidak mencegah sebelum itu terjadi???
Sekarang ini salah siapa? mungkin salah kita semua. Ayo cintailah budaya kita, walo terlihat "katrok" tapi itulah budaya kita nan indah, adigang adigung.....

Salam

Make Easy Money

Make Easy Money said...
May 22, 2009 at 5:51 PM  

saya juga menyayangkan ketegasan dan kemauan dari pemerintah yang kurang dalam melindungi kebudayaan dan lainya di Indonesia. Sebagai tambahan saja, di situsku lagi hot tentang Kapal perang Malaysia di Ambalat dengan TNI. Rasanya sebagai bangsa Indonesia sudah tidak berharga di mata tetangga. Malah kapal perangnya tadi pagi masuk lagi dengan armada yang banyak dengan tujuan provokasi. Maaf jadi kepanjangan nih

Ken family said...
May 31, 2009 at 3:51 PM  

Post a Comment